Yayasan Hidayah Bangsa kembali menyelenggarakan peace camp. Ini adalah peace camp kedua yang berhasil diadakan. Seperti halnya peace camp pertama, yang kedua ini juga dilaksanakan di kota yang sama, yaitu Salatiga.
Sebagaimana yang kita tahu, Salatiga adalah kota toleran nomor 2 di Indonesia. Berbagai agama hidup rukun berdampingan disana. Islam dan Kristen saling membantu sudah menjadi hal biasa. Hal tersebut juga terjadi dalam event peace camp kali ini, yang mana partisipannya berasal dari dua agama, yaitu Islam dan Kristen.
Tidak hanya itu, peace camp yang diselenggarakan tanggal 26 dan 27 Oktober ini juga dimeriahkan oleh turis dari berbagai negara, diantaranya yaitu Australia, Amerika, Kanada, Selandia Baru, dan lain sebagainya. Keterbatasannya dalam berbahasa Indonesia memberi kesempatan kepada peserta untuk melatih skill Bahasa Inggrisnya. Terlebih lagi mereka berkumpul dan berdiskusi bersama dalam satu kelompok. Jadi, sudah menjadi keharusan untuk memakai Bahasa Inggris disetiap sesi.
Ada lima sesi dalam peace camp ini, tiga sesi di hari pertama dan dua lainnya di hari kedua. Kelima sesi tersebut yaitu, celebrating diversity, collaboration, forgiveness, conflict transformation, dan leadership for peace. Semua sesi ini dipimpin oleh Mr. Zack dari Australia. Semua materi tersampaikan dengan baik karena metode yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif.
Banyak hal yang didapatkan peserta dari peace camp ini. Mulai dari teman baru sampai munculnya pemikiran baru yang tidak kaku. Ada peserta yang belum pernah sama sekali mempunyai teman dari agama yang berbeda. Dan di peace camp ini, mereka tidak hanya berteman, namun juga bermain, makan, dan tidur bersama dalam satu rumah.
“Sebelum saya datang ke Indonesia dan mengikuti peace camp, saya mempunyai pemikiran untuk memaksa orang lain agar menjadi Kristen. Namun, setelah saya mengikuti peace camp ini, saya sadar bahwa itu salah. Setiap orang berhak memilih agamanya masing-masing dan saya baru tahu bahwa perbedaan itu adalah sesuatu yang indah” ungkap Mr. William saat dimintai pendapat.
Selain itu, ada juga pengakuan dari Windy tentang Islam. Sebelumnya, dia mengira bahwa orang Islam tidak menghargai agama Kristen. Karena orang Islam tidak makan daging babi sebagaimana yang dimakan orang Kristen. Padahal orang Kristen memakan daging sapi, kambing, dan makanan lain seperti yang dimakan orang Islam. Namun pemikiran ini berubah seketika setelah dia mendengar penjelasan langsung dari sahabat barunya yang beragama Islam.
Ada banyak cerita menarik lain yang terjadi di acara yang berlangsung 2 hari tersebut. Pesan terakhir yang disampaikan peserta yaitu, “Semua orang bisa menjadi peace maker, karena perdamaian itu dimulai dari diri sendiri. Untuk itu, marilah tebarkan perdamaian di lingkungan sekitar kita. Jikalau kita bisa mendamaikan lingkungan sekitar kita, maka kita juga bisa mendamaikan dunia.